Yang Benar-benar Benar
Nasrudin sedang menjadi hakim di pengadilan kota. Mula-mula ia mendengarkan dakwaan yang berapi-api dengan fakta yang tak tersangkalkan dari jaksa.
Setelah jaksa selesai dengan dakwaannya, Nasrudin berkomentar:
“Aku rasa engkau benar.”
Petugas majelis membujuk Nasrudin, mengingatkan bahwa terdakwa belum membela diri. Terdakwa diwakili oleh pengacara yang pandai mengolah logika, sehingga Nasrudin kembali terpikat.
Setelah pengacara selesai, Nasrudin kembali berkomentar: “Aku rasa engkau benar.”
Petugas mengingatkan Nasrudin bahwa tidak mungkin jaksa betul dan sekaligus pengacara juga betul. Harus ada salah satu yang salah !
Nasrudin menatapnya lesu, dan kemudian berkomentar: “Aku rasa engkau benar.”
Dosen Filosofi
Di sebuah ruang kelas, para mahasiswa sedang mengikuti mata kuliah filosofi. Dosen yang mengajar mencoba melemparkan topik diskusi tentang Tuhan.
“Ada yang pernah melihat Tuhan?” tanya si dosen.
Semua diam tak menjawab.
“Ada yang pernah mendengar Tuhan bersuara?” si dosen bertanya lagi.
Kali ini pun tak ada yang menyahut.
“Ada yang pernah menyentuh Tuhan?” tanya dosen. Semua diam.
“kesimpulannya tidak ada Tuhan,” kata dosen senang.
Terdengar gumaman protes, sampai akhirnya seorang mahasiswa berdiri bertanya, “Ada yang pernah melihat otak pak dosen?” Tak ada jawaban.
“Ada yang pernah mendengar otak pak dosen?” Tak seorangpun menjawab.
“Ada yang pernah menyentuh otak pak dosen?” sekali lagi hening.
“kesimpulannya pak dosen tidak punya otak,” kata mahasiswa.