Hiasan kalimat ini dapat dan mudah dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat, baik mereka yang baik maupun jahat sekalipun. Karena memang kerapkali ucapan tersebut memiliki perspektif dan bingkai terbatas yakni hubungan manusia yang sesaat, di dunia saja.
Dunia, identik dengan fana dan bersifat sementara, jika kita ukur umur seorang manusia dengan kesempatannya untuk melakukan segala aktivitas, cita-cita dan misi yang hendak dicapainya maka kita dapat menilai prosentasi keberhasilannya menjadi semu.
Berapa banyak manusia yang meninggal dunia di waktu muda ? Anda bisa saja menemukan manusia yang hingga usia lanjut pun tidak merasa puas dengan apa yang telah dicapainya selama ini.
Lalu, bagaimana jika kita melengkapinya dengan satu kalimat, Akhirat. Anda bisa saja menolak untuk menambahkan kalimat tersebut jika tidak yakin akan keberadaanya, sayangnya anda perlu menjelaskan mengapa harus anda yang berada di dunia ini ? Karena, kerterbatasan dunia akan dilengkapi dengan Akhirat sebagai penghujung jalan dan akhir perjalanan lalu dipertemukan dengan Penciptanya untuk mempertanggungjawabkan semua amalnya di dunia.
Setelah kita menambahkannya menjadi, “Selamat semoga sukses di dunia dan akhirat” maka terasa lengkap jika kita mengucapkannya kepada orang lain.
Saya ucapkan kepada politikus busuk, “Selamat semoga sukses di dunia dan akhirat”,
kepada para koruptor “Selamat semoga sukses di dunia dan akhirat”,
kepada para pedagang culas “Selamat semoga sukses di dunia dan akhirat”,
kepada para pemimpin negara yang angkuh “Selamat semoga sukses di dunia dan akhirat”,
kepada Saya, Anda dan kita semua “Selamat semoga sukses di dunia dan akhirat”.