"Anak bukan investasi, dan orangtua bukan rekening."
Hubungan anak dan orang tua harus dilandasi kasih sayang, bukan kalkulasi. Orang tua memberi dengan ikhlas, anak berbakti dengan tulus — bukan karena hutang-piutang moral. Apalagi memperturutkan keinginan dan gengsi dalam memenuhi kehidupan ekonominya.
Banyak orang tua menganggap Anak sebagai "investasi" — berharap anak akan membalas jasa atau menopang finansial di hari tua. Padahal: Anak adalah amanah, bukan alat balik modal.
Sebagaimana kewajiban orang tua adalah mendidik, mencukupi, dan membimbing, tanpa mengikat balas budi dalam bentuk materi. Justru menguatkannya dalam pemahaman Agama ... “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...” (QS. At-Tahrim: 6)
Disisi lainnya, Orangtua bukanlah rekening. Dimana sebagian anak atau generasi muda “menyandarkan diri” sepenuhnya pada orang tua, bahkan setelah dewasa — bukan karena kondisi darurat, tapi karena kenyamanan atau kemalasan. Tidak berusaha belajar dan menguatkannya dalam kemandirian, sehingga ia bisa membantu lainnya
"...Orang yang mampu hendaknya memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang rezekinya sempit hendaknya memberi nafkah menurut apa yang Allah berikan kepadanya..." (QS. Al-Baqarah: 233)
“Sesungguhnya sebaik-baik sedekah adalah yang berasal dari orang yang cukup (tidak kekurangan), dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Birrul Walidain (berbakti kepada orang tua) dalam Islam merupakan kewajiban utama setelah menyembah Allah SWT, tapi harus dipahami dengan proporsional: tulus, tanpa melampaui batas, dan tetap sesuai syariat. Diantaranya:
1. Berbuat baik secara lahir dan batin
- Ucapan lembut, tidak berkata kasar walau orang tua bersalah.
- Bersikap hormat dan rendah hati, tidak meninggikan suara.
- Doakan mereka, bahkan setelah mereka wafat.
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: ‘Wahai Rabb-ku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil." (QS. Al-Isra: 24)
2. Membantu sesuai kemampuan
- Bila kamu mampu, menafkahi orang tua adalah bagian dari birrul walidain.
- Tapi bila tidak mampu, cukupkan dengan layanan, doa, dan perhatian.
"...hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya..." (QS. Al-Baqarah: 233)
3. Tidak taat dalam maksiat
Kalau orang tua memerintahkan untuk sesuatu yang bertentangan dengan syariat (misal: memaksamu berhutang untuk gengsi mereka), tidak boleh ditaati, tapi tetap bersikap sopan.
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku... maka janganlah kamu taati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15)
4. Berbakti bukan hanya dengan uang, Sering disalahpahami bahwa bakti hanya berupa “mengirim uang”. Padahal bakti itu:
- Menemani dan mendengarkan cerita mereka.
- Melayani saat mereka sakit.
- Memenuhi kebutuhan dasar (makanan, obat, dll).
- Tidak membuat mereka cemas.
5. Berbakti tetap berlaku meski mereka sudah wafat, Seperti:
- Mendoakan mereka.
- Bersedekah atas nama mereka.
- Menyambung silaturahmi dengan sahabat-sahabat mereka.
Rasulullah ﷺ bersabda: "Sebaik-baik bentuk bakti seseorang adalah menyambung hubungan dengan kerabat orang tua setelah mereka wafat." (HR. Muslim)